Siapa sih yang ga pernah mendengar atau membaca komik? Pernah ga sih terpikirkan betapa susahnya membuat karya tulis itu dan kita dapat selesai membacanya dengan waktu yang relative singkat. Jika dilihat sekilas saja, membuat sebuah komik akan terlihat sangat gampang, karena kita hanya perlu mengambar di sebuah kertas dengan ukuran tertentu dan memakai panel panel sebagai pembatas dari adegan satu denganyang lainnya dan di terbitkan. Tapi masalahnya, untuk membuat komik tuh ga bisa di bilang gampang, cenderung sulit malah, apalagi kalau harus berhadapan dengan masalah yang namanya "dikejar deadline" pasti deh sama kata yang satu ini ga terasa asing di telinga kalian. Deadline dapat diartikan dengan batas waktu akhir, jadi deadline ini biasanya menjadi batasan akhir seseorang yang sedang melakukan pekerjaan, baik itu tugas pengumpulan berita, pengumpulan pr (bagi pelajar), pengiriman barang, komikus dan lain sebagainya.
Bagi seorang komikus, deadline benar benar memusingkan ketika deadlinenya hampir tiba dan karyanya bahkan belum selesai, sehingga seringkali mau tidak mau seorang komikus harus rela tidak tidur berhari hari dan hanya tidur dengan waktu yang sangan minim untuk menyelesaikan karyanya tersebut. Dan ribetnya, jika terjadi satu saja kesalahan pada gambarnya, entah itu ketumpahan tinta (gambar di tebalkan memakai tinta khusus karena sketsa awalnya menggunakan pulpen atau pensil yang ketebalannya berbeda beda, ada yang tebal dan ada yang tipisdan ada yang tebal, biasanya harga dari alat alat khusus membuat komik ini reltive mahal.), salah cetak, kertas robek saat menghapus garis garis halus( garis halus adalah garis garis dari sketsa yang sangat tipis, biasanya digunakan untuk membuat sketsa awal atau biasa disebut pola). dan lain sebagainya, mereka harus mengulang lagi gambar tersebut dari awal dan itupun jika satu gambar, bagaimana jika sampai lebih? Terbayang kan betapa repot dan susahnya seorang komikus menyelesaikan waktunya tepat waktu.
Namun, terkadang ada kalanya karya seorang komikus tidak diterima oleh editornya dan di suruh membuat ulang ceritanya jika mau karyanya dipublikasikan. Dan akhirya, dengan sangat terpaksa lagi, seorang komikus tak punya pilihan selain mengikuti kamauan editornya dan kadang pula, karyanya tidak dihargai oleh pembaca, entah itu dibilang gambarnya ga bagus, ceritanya jelek dan lain sebagainya. padahal, pembaca tersebut belum tentu bisa membuat karya yang lebih bagus daripada seorang komikus tersebut. Makadari itu, hendaklah kita menghargai karya dari seseorang.
0 komentar:
Posting Komentar